Looking For Anything Specific?

ads header

My Guilty Pleasure

Sumber gambar: Tokyo 109


"Oh tidak! Paket itu telah datang!"

Kata saya dalam hati ketika menemukan paket yang sudah tergeletak diatas meja ketika saya pulang atau ketika pengantar paket mengetuk pintu rumah saya. Lagi dan lagi. 
Saya ini suka sekali dengan buku, membelinya juga membacanya. Tapi saya tahu, berbelanja buku secara online merupakan kelemahan saya. Saya ini mudah sekali terpengaruh oleh harga buku yang murah atau buku dengan pengarang yang saya sangat suka. 

Saya memiliki beberapa penjual buku online yang menurut saya cukup terpercaya. Mereka menjual banyak koleksi buku yang sering membuat saya ngiler dan khilaf. Harga buku yang murah dan koleksinya yang terbatas membuat saya tidak bisa berhenti scrolling ketika mereka mengunggah foto-foto buku koleksi mereka yang baru. Bahkan pernah suatu kali ada sebuah buku yang benar-benar saya incar pada seorang penjual direbut begitu saja oleh pembeli lain, lekas saya mengirimkan pesan pribadi kepada si penjual dan memohon-mohon agar buku itu bisa diberikan kepada saya. Padahal saat itu budget saya untuk membeli buku telah limit

Kesenangan sesaat saja, lega saya rasa ketika mengetahui bahwa buku yang saya incar sudah berada dalam genggaman lalu tinggal mentransfer sejumlah uang dan menunggu paket buku saya dikirim. Tapi ketika mendapati paket sampai rumah dan berada di depan mata saya, entahlah saya merasa sedikit 'berdosa'. 

Guilty pleasure. 

Iya, membeli buku secara online adalah guilty pleasure saya. Apa itu guilty pleasure? Dikutip dari kamus merriam webster, bahwa: 
"Guilty pleasure is something pleasureable that induces a usually minor feeling of guilt" 
Yang artinya adalah sesuatu yang sangat menyenangkan bagi seseorang tapi saat melakukannya seseorang tersebut merasa 'berdosa'.  Kenapa saya merasa berdosa? Karena saya merasa bersalah kepada pundi-pundi tabungan saya yang semakin berkurang karena berbelanja online tersebut. Karena saya juga merasa bersalah kepada buku-buku yang sudah saya beli sebelumnya tapi belum juga saya tuntaskan. 

Jadi, apakah saya seorang 'Tsundoku'「積ん読」? Seperti gambar diatas yang telah saya sematkan. Tsundoku「積ん読」adalah seseorang yang selalu menumpuk buku-buku padahal belum pernah ia baca. Hm, sepertinya saya masuk ke dalam kategori ini. Telah banyak buku-buku yang saya terus beli lalu ditumpuk tanpa saya baca. 

Astaga, saya minta maaf kepada buku-buku tersebut tapi saya juga belum bisa menghentikan kegiatan jemari saya untuk terus scrolling mencari buku-buku baru yang ingin saya beli dari penjual buku online. Sedang waktu saya terbatas untuk membaca buku ketika hari kerja, karena hampir setengah hari bisa saya habiskan untuk menempuh perjalanan yang panjang.

                                     
                                                                Buku-buku yang saya hentikan setengah jalan

Sungguh saya bukanlah orang yang baik melainkan merugi karena sudah terlampau banyak hutang saya untuk membaca buku. Saya bahkan memiliki lebih dari lima buah buku yang saya hentikan ditengah jalan karena mood saya hilang untuk membaca buku tersebut ketika ada buku baru yang lebih menarik minat saya.


Buku-buku yang masih sangat rapih dan belum tersentuh

Lebih merugi lagi karena saya tahu kondisi buku-buku yang saya terlantarkan tapi saya malah membeli buku lain. Hasilnya? Buku-buku itu masih terbungkus rapih dalam sampul plastik toko, dan tentu saja masih saya terlantarkan.  

PAKET BUKU BARU SUDAH DATANG :( 

Tolong maafkan saya, ini benar-benar guilty pleasure. PAKET BUKU BARU SAYA BENAR-BENAR DATANG! Di dalam paket itu berisi tiga buah judul buku yang sudah saya incar jauh-jauh hari. Saat paket itu berpindah tangan dari sang kurir ke tangan saya, saya benar-benar merasa gembira. Tapi ketika berniat membuka bungkusnya, pudar sudah rasa gembira saya mengingat tumpukan buku terlantar yang berjejer di rak buku saya yang kian lama kian sempit.  

Buku yang sedang dibaca saat ini untuk memenuhi target

Jadi, saya mencoba berpikir lebih jauh, memutar dan melihat hal ini dari sisi sebaliknya. Saya sudah membuat target untuk diri saya dalam tahun ini, bahwa saya harus membaca minimal tigapuluh judul buku selama setahun. Catat itu, minimal tigapuluh judul. Mungkin bagi para pecinta buku ini merupakan target yang sedikit. Kenapa saya bilang sedikit? Karena ada seorang teman saya yang benar-benar hobi membaca. Target dia tahun lalu adalah seratus judul buku lalu dia mencapai targetnya tersebut, bahkan melampauinya hingga membaca seratus tujuhbelas judul buku dalam setahun. 

Tapi dimulai dari target kecil ini, saya ingin menghilangkan sedikit demi sedikit kemalasan saya untuk membaca dan tidak lagi menelantarkan buku-buku tersebut. Saya jadi bisa menikmati berbelanja buku tanpa merasa lagi hal tersebut merupakan sebuah guilty pleasure. Karena sebanyak apapun buku yang saya beli haruslah saya baca karena sekarang saya sudah memiliki target! Dan tidak ada salahnya melakukan hal yang memang disuka asalkan tidak melanggar nilai dan norma bukan? 

Saya tuliskan target dalam jurnal-jurnal baru saya

Bukan hanya membaca, tapi saya juga menargetkan diri untuk menulis. Ya, kembali menulis. Dalam jurnal-jurnal, pada blog hingga di hati saya. Telah lama saya tinggalkan dunia membaca-menulis karena berbagai faktor, yang terbesar adalah kemalasan tentunya. Target-target tahun ini sudah saya tuliskan pada jurnal-jurnal baru saya! Jadwal, target, catatan atau apapun itu. 

Beruntungnya, tahun ini saya mendapatkan tiga buah jurnal yang saya dapatkan secara cuma-cuma. Jurnal-jurnal ini telah saya fungsikan sedemikian rupa agar mereka tidak menjadi jurnal-jurnal terlantar milik saya di tahun-tahun sebelumnya. Semoga dengan adanya jurnal-jurnal ini saya bisa jadi lebih rajin memantau perkembangan diri saya dalam mencapai target membaca, cara lain untuk menghilangkan guilty pleasure saya. Lalu bagaimana dengan anda, apa guilty pleasure anda? Atau apakah anda memiliki sebuah solusi untuk menghilangkan guilty pleasure tersebut?


Salam,


YH

Posting Komentar

8 Komentar

Unknown mengatakan…
sewain aja bukunya, biar balik modal..
saya mau kok pinjam, tapi dengan harga teman :)
jangan lupa ya mampir ke

https://magichandswordpresscom.wordpress.com/

makasi~
Unknown mengatakan…
iyaah aku juga punya novel indonesia lumayan banyk yuditt, yuk boleh buka penyewaan novel bareng hehee
Yudita Herwijayanti mengatakan…
Halo Sulistia! Terima kasih selalu menjadi pembaca dan pemberi komentar positif di blog saya! :D saya sayng kamu! Saya suka kok minjemin buku ke teman-teman, tapi gak enak juga kalo dikasih tarif hehe asal yang minjem itu memang bertanggung jwab, saya pasti dengan senang hai meminjamkannya :D kamu mau pinjem buku apa nih? hehe
Yudita Herwijayanti mengatakan…
Halo Maya! Terima kasih atas komentarnya ya :D wah ide yang menarik nih! Yuk buka penyewaan buku untuk meningkatkan minat baca orang sekitar :D Btw buku favoritnya Maya apa nih? :)
sockingbanana mengatakan…
Aduh tante :"( I know that feels...
Waktu jaman SMA dulu juga aku kayak gini.. Akhirnya sekarang novelnya numpuk di lemari, beberapa kena banjir pula hhuhuhuhu Q___Q
Yudita Herwijayanti mengatakan…
Hai Bia! Terima kasih atas komentarnya ya :D Pas SMP-SMA tuh daripada buku yang menumpuk, lebih banyak novel yang hilang karena yang meminjam gak balikin ke saya :( kalo sekarang hjarang yang minjem jadi lebih banyak numpuknya
Annisa Yulina mengatakan…
I feel you banget ini. Pokoknya gue mah yang penting punya dulu. Bacanya bisa kapanpun :')
Yudita Herwijayanti mengatakan…
Halo 'mbak' Nisa hehehe wah punya kebiasaan kaya gini juga ya, aduh sebenernya sedih sih punya kebiasaaan kaya gini tapi.................. mata emang suka gatel kalau udah lihat buku idaman ><