Looking For Anything Specific?

ads header

Buku Bulan Ini: Bilangan Fu

僕は読書が大好きだ。もっと多くの人に本を読むようアドバイスしたい。本の中には、まったく新しい世界が広がっているんだよ。旅行に行く余裕がなくても、本を読めば心の中で旅することができる。本の世界では、何でも見たいものをみて、どこでも行きたいところに行ける。
I love to read. I wish I could advise more people to read. There’s a whole new world in books. If you can’t afford to travel, you travel mentally through reading. You can see anything and go any place you want to in reading. ---Michael Jackson

Tahun baru, target baru. Begitu saya tuliskan pada jurnal baru saya. Meskipun awal tahun baru sudah banyak kejadian beruntun, yang menyedihkan maupun berita bahagia tentunya, itu tidak menyurutkan niat saya untuk menyelesaikan target yang telah saya buat. Sederhana, salah satu target saya pada tahun ini adalah dapat membaca buku sedikitnya 30 buku. Dan itu tandanya minimal sekali saya harus bisa membaca 2-3 buku setiap bulannya. 

Akhirnya kemarin saya dapat menyelesaikan sebuah buku yang saya mulai baca dari pertengahan desember 2015, Bilangan Fu. Ya, saya sedang tergila-gila dengan karya-karya Ayu Utami. Tahun lalu saya sudah selesai membaca dwilogi Saman-Larung dan Trilogi miliknya Si Parasit Lajang, Cerita Cinta Enrico dan Pengakuan Eks Parasit Lajang. Kini saya memiliki ambisi untuk membaca seri Bilangan Fu. 

Saya merasa senang sekali karena perpustakaan kampus saya memiliki koleksi ini, terima kasih kepada orang yang telah mengusahakan buku ini masuk koleksi perpustakaan kampus. Karena buku Bilangan Fu ini cukup sulit ditemukan di toko buku lagi karena produksinya yang sedang dihentikan oleh pengarangnya sendiri, Ayu Utami. Sempat saya berniat untuk mencari di toko buku bekas tapi dewi fortuna membisikkan kepada saya untuk mengecek dulu koleksi buku-buku di perpustakaan kampus saya. Ketika melihatnya, wah ini adalah oase ilmu! 


Bilangan Fu karya Ayu Utami, foto milik pribadi.

Dalam buku ini bercerita tentang Yudha, seorang pemanjat tebing yang memiliki sikap skeptis, bertemu dengan Parang Jati, pemuda misterius yang berasal dari Watugunung lalu bersahabat dengan Yudha. Persahabatan antara Yudha dan Parang Jati bermula dengan pertemuan mereka di rumah salah seorang teman Yudha yang menjual pelbagai peralatan memanjat tebing. Sejak itu mereka menjadi lebih akrab ditambah dengan adanya ajang bertaruh antara Yudha dan Parang Jati. 

Lalu Yudha yang memiliki rahasia tentang Sebul berusaha mengorek masa lalu Parang Jati. Bersama Marja, kekasih Yudha, mereka bertiga memiliki sebuah hubungan unik dan tidak rumit. Mereka menjaga satu sama lain saat ada kejadian ninja yang membunuh para pemuka agama. 

Cerita terus berlanjut hingga konflik mengenai sengketa Watugunung yang akan dikeruk daerah karst nya oleh sebuah perusahaan. Disini muncul seorang monoteis yang berlagak ingin menegakkan kebenaran yaitu Farisi atau seorang pemuda yang berasal dari desa yang sama dengan Parang Jati lebih dikenal dengan KupuKupu. Konflik tidak berhenti sampai disitu, tapi bergulir hingga ke ranah militerisme dan Parang Jati yang ingin memperkenalkan laku-kritik sebagai agama baru. 

Bagi saya, buku ini merupakan karya Ayu Utami yang sangat menggugah. Karena Ayu Utami menyentuh pelbagai macam permasalahan yang terjadi di negeri ini. Para pemuda yang apatis hingga skeptis, monopoli alam demi keuntungan pribadi, militerisme dan monoteisme. Ayu Utami juga memperkenalkan sebuah kepercayaan-atau agama-baru, yaitu spiritualisme kritis. 
"Menurut Ayu, Spiritualisme Kritis bukan serta merta kita boleh melawan Tuhan. Yang dimaksud di sini adalah jadilah spiritual, tapi tetap boleh kritis. Atau bila dijabarkan terbuka pada hal-hal spiritual tanpa menghianati nalar kritis. Bersikaplah kritis tanpa menutup diri pada hal-hal yang bersifat spiritual. Agama memang bersifat dogmatis, tetapi jalan seni melalui Spritualisme Kritis memberi jalan untuk lebih bersinergi terhadap perbedaan pemikiran atau pertanyaan-pertanyaan logis yang datang dari dalam diri kita yang ada. Keduanya saling melengkapi." (Sumber: restyamalia)
Saya sempat bertanya-tanya, apakah spiritualisme kritis merupakan pengalihan kata dari atheis. Tapi kemudian saya menemukan jawaban sendiri, bahwa saya tetap menjadi seseorang yang memiliki agama dan spiritualisme kritis secara bersamaan, bukan menjadi atheis. Karena saya masih percaya Tuhan itu ada dan tidak terbatas kekuatannya tapi saya bisa bersikap kritis disaat bersamaan untuk mendapatkan sesuatu jawaban yang dapat masuk ke nalar.

Seperti kutipan kata-kata Michael Jackson diatas, saya merekomendasikan buku ini kepada siapa saja yang ingin belajar kritis terhadap sesuatu agar kehidupannya tidak bersifat terlalu dogmatis terhadap sesuatu. Meskipun dalam buku ini banyak kata-kata yang cukup njelimet, tapi bagus untuk perenungan dan pengetahuan tambahan yang baik. 

Akhir kata, saya mengutip kalimat dari Ayu Utami dalam buku ini, "untukmu Indonesia. yang dengan sedih aku cinta."

Salam,


YH


NB: saya turut berduka cita atas meninggalnya Budi Anduk, David Bowie, Alan Rickman dan korban-korban peristiwa bom Sarinah.

Posting Komentar

4 Komentar

Unknown mengatakan…
Wah sepertinya seru.
Terima kasih untuk reviewnyaa >,<
Yudita Herwijayanti mengatakan…
halo yessica! terima kasih atas komentarnya.
Iya, ayo kita sama-sama membaca buku untuk memperkaya kaidah ilmu :) semoga hari kamu menyenangkan :D
Feny A. mengatakan…
Yudit, ini menarik banget!! Dulu gw juga hobi baca novel pas SMA, tapi sejak kuliah udah hampir ga pernah baca -_-
Mau dong rekomendasi nya buat novel-novel yang bagus Yudit, gw juga mau menumbuhkan kebiasaan baca novel lagi hehehe
Btw thank you postingan nya ~
Yudita Herwijayanti mengatakan…
Halo Feny! :D Terima kasih juga atas komentar nya ya :D Ditunggu saja review buku saya yang lain ya :) semoga dengan review yang saya buat bisa menumbuhkan semangat membaca Feny yang sempat layu :3