Dengan adanya perpisahan, kita dapat lebih menghargai adanya pertemuan – Unknown
Rasanya,
waktu terkikis begitu cepat, waktu enam bulan saya sudah habis. Tanpa disadari
hari ini merupakan hari terakhir saya bekerja di Bekasi. Ya, Bekasi. Kota yang
dulu tak pernah saya masukkan ke dalam buku hidup saya.
Hari
ini saya datang ke kantor, seperti biasanya. Saat saya lihat kalender kemudian
saya sadar, ya hari ini hari terakhir. Rekan-rekan di kantor memang tidak
banyak yang tahu, hanya beberapa orang dan tentunya saya sendiri. Kak Winda
bahkan kaget bahwa hari ini adalah hari terakhir saya bekerja di kantor Bekasi.
Tak ada
air mata yang jatuh dari mata saya saat berjabat tangan dengan rekan-rekan yang
lain, tapi saya tersenyum. Bagi saya, ini bukanlah akhir dari segalanya. Jadi saya tidak perlu menangis karena saya yakin
bahwa kita akan bertemu lagi lain kesempatan dengan senyuman. Karena perpisahan
dan pertemuan bagai dua mata koin yang saling menempel.
Meskipun
hari telah dilalui tanpa tangisan, namun mata saya menatap jauh lebih lama. Saya
menatap meja kerja jauh lebih lama, saya menatap karpet kantor jauh lebih lama,
saya berjalan menatap tangga jauh lebih lama. Saya berusaha untuk menangkap
hal-hal tersebut dalam bola mata saya, agar hal-hal tersebut terkunci dalam
ingatan saya. Saya tidak ingin lupa bagaimana bangunan yang sudah menaungi saya
selama enam bulan, toilet yang sering saya pakai, kursi yang saya duduki dan
lainnya. Pada kenyataannya, manusia tidak pernah terbiasa untuk mengucapkan
kata perpisahan. Karena, sekuat apapun saya menahan air mata, rongga kecil itu
pasti hadir dalam hati saya.
Percaya
atau tidak, hari ini saya memakai baju yang sama pada hari pertama saya datang
ke Bekasi. Ah, saat saya ingat akan hal ini tak sengaja bulir-bulir air mata
saya menetes. Baju ini benar-benar menjadi pembuka dan penutup hari saya di
Bekasi. Dan, ingatan ini sedikit demi sedikit membuka rongga hati saya jauh
lebih besar dari sebelum nya.
Lalu
hingga saat-saat terakhir, penyesalan-penyesalan itu datang menyergap. Mengapa saya
tidak menjadi rekan kerja yang jauh lebih baik bagi mereka? Mengapa saya tidak
mengenal mereka jauh lebih baik? Mengapa saya tidak bercengkrama lebih banyak? Dan
mengapa-mengapa yang lain terus berdatangan. Tapi, waktu telah berlalu dan kaki
saya harus terus melangkah meninggalkan kantor tersebut semakin jauh. Namun,
dalam hati ada sebuah jawaban yang saya yakini. Ya, mungkin dalam enam bulan
tersebut saya tidak menjadi rekan kerja maupun teman yang baik bagi mereka,
tapi saat bertemu lagi lain kali pasti saya dapat menjadi pribadi yang lebih
baik.
Terima
kasih saya tuliskan untuk semua rekan di Bekasi. Terima kasih untuk segalanya,
tidak mampu saya tuliskan rinci atas memori yang sudah dipahat setiap hari nya.
Terima kasih telah menjadi kolega baru saya. Terima kasih telah menjadi salah
satu cerita dalam hidup saya.
Mari
bertemu lain kesempatan.
Salam,
YH
1 Komentar