Looking For Anything Specific?

ads header

Buku bulan ini: Perempuan Rok Ungu



Membaca Perempuan Rok Ungu seperti mengingat lagi skripsi yang pernah saya tulis mengenai Nakama Hazure. Pengasingan dari kelompok yang dilakukan masyarakat Jepang terhadap entitas yang berbeda sebagaimana paku yang menonjol. Pengasingan ini termasuk juga dalam kategori perundungan dalam masyarakat Jepang secara umum. Perempuan Rok Ungu digambarkan sebagai seseorang yang hidup sendiri dengan rutinitasnya sebagai pekerja lepas yang tak tetap. 

Tokoh utama yang bercerita dengan perspektif orang pertama mengenai perempuan rok ungu, bagaimana dia selalu mencatat keseharian perempuan rok ungu dan kebiasaannya. Tokoh utama juga menggambarkan bagaimana perempuan rok ungu acap kali mendapat perundungan dari anak-anak yang bermain di taman, atau bagaimana orang-orang yang menghindarinya ketika ia berjalan menuju toko roti. Obsesi dan rasa cemburu dari tokoh utama begitu jelas terlihat dalam deskripsinya mengenai perempuan rok ungu. 

Membaca buku ini kita tak langsung mendapatkan nama semua tokoh, pada halaman menuju tengah buku barulah penulis memperkenalkan beberapa nama tokoh yang cukup vital, nama perempuan rok ungu. Dinamika dan pembangunan karakter perempuan rok ungu sungguh dibuat bertahap, sebagaimana dia yang biasa terasingkan masyarakat mulai diterima perlahan di tempat kerja barunya. Perempuan rok ungu sesungguhnya dalah potret fiksi bagaimana kita sebagai manusia memiliki pribadi yang menyenangkan ketika diberikan afirmasi dan bantuan positif dari orang sekitar.

Perempuan rok ungu yang awalnya digambarkan sebagai individu yang canggung, mulai belajar bagaimana orang sekitarnya berperilaku. Sayangnya, beberapa candaan yang harusnya bagai pencair suasana semata menjadi bumerang baginya karena ia menganggap serius segala yang diucapkan oleh rekan kerjanya. Sikap lugu perempuan rok ungu sesungguhnya dimanfaatkan oleh orang sekitarnya juga, terutama pak kepala. Sebagaimana stereotipe yang disematkan kepada kaum lelaki yang suka berselingkuh, pak kepala digambarkan dengan baik dalam buku ini saat ia mulai mencoba untuk merayu perempuan rok ungu.

Konflik dalam buku ini bukan hanya milik perempuan rok ungu semata, sang tokoh utama yang menceritakan segala yang ia lihat juga memiliki permasalahannya pribadi. Awalnya dia yang terobsesi dengan perempuan rok ungu serta segala upaya yang ia lakukan untuk berusaha mendekati perempuan rok ungu untuk menjadi temannya dan mengobrol seraca normal hingga ia yang harus berubah haluan mengancam pak kepala agar hidupnya aman.

Secara garis besar, perempuan rok ungu masih menggambarkan masyarakat Jepang yang masih umum. Konsepsi sebagai entitas yang kaku dan canggung hingga perundungan ditulis dengan baik. Sebagai salah satu buku dengan open ending, namun secara jujur ini bukanlah buku dengan open ending terbaik yang pernah saya baca. Menurut saya buku ini ringan dan menyenangkan dibaca oleh hampir semua kalangan, tak banyak adegan dewasa yang ditulis sehingga aman dibaca pada saat kapanpun dan oleh siapapun.


Tabik


YH

Posting Komentar

0 Komentar