Selamat pagi dari sofa sebuah rumah mungil.
Saya ingin menyapa dengan ramah para malaikat yang telah bekerja keras tanpa pamrih untuk mencatat segala dosa maupun kebaikan setiap manusia. Saya ingin tersenyum bagi kalian yang hari ini memiliki kegiatan, semoga hari ini tetap dilimpahi keberkahan. Pagi ini dibuka dengan saya yang bangkit dari tempat tidur lalu melepas koyo-koyo di bahu yang telah menghangatkan tubuh saya semalam. Sebuah buku dan kacamata saya juga masih tergeletak sembarang.
Masih seperti biasa.
Saya masih belum juga berubah dipenghujung tahun ini. Bagaimana dengan Anda? Apakah ada hal-hal baru yang sudah berubah ke arah yang lebih baik atau sebaliknya? Iya, saya masih tetap saja malas dan tidak peduli. Masih belum melakukan apa-apa, masih bukan siapa-siapa. Tiap penghujung tahun mengetuk pintu, saya menyambutnya dengan riang. Belasan rencana hingga puluhan harapan saya lontarkan. Tapi itu hanya membual.
Si katak masih terkungkung dalam tempurung.
Sekarang mari refleksi saja, harapan itu belakangan. Saya ingin bersyukur, dalam setahun ini rasa syukur saya kalah dengan jumawa dan kebahagiaan semu.
Mari kembali ke bulan awal, bulan penuh perayaan. Pada bulan itu saya berbahagia, sehari pun tak luput saya untuk tersenyum. Menghitung hari demi hari menuju tanggal istimewa. Idola saya akan tampil disini, iya di Jakarta. Depapepe, begitu orang mengenal mereka. Kebahagiaan semu saya yang pertama.
Lalu menjelang akhir bulan selanjutnya, saya mendapat kebahagiaan lain. Saya mendapatkan kesempatan untuk menimba ilmu di tempat lain, bukan di gedung itu. Kebahagiaan semu itu bertahan hingga pertengahan tahun lewat. Cukup banyak ilmu baru, rekan hingga tempat baru. Sedikit banyak telah membuka wawasan.
Telah berakhir kebahagiaan semu kedua, lalu kebahagiaan semu ketiga datang bulan selanjutnya. Idola saya yang lain. Silent Siren, jika kalian ingin tahu. Fatamorgana.
Tiga kebahagiaan semu yang besar telah mengisi tahun saya. Air mata saya tidak terkuras meski tengah berbahagia. Cucuran keringat hanya seperti mitos, segalanya terlampau mulus. Apa Tuhan tengah menguji saya dengan kebahagiaan semu? Karena saya selalu percaya, bila hal baik datang hanya ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, ini adalah hadiah murni setelah saya menghabiskan stok air mata anggaplah hiburan. Kemungkinan kedua, ini memang hadiah semu untuk pembukaan yang pahit. Saya terlalu curiga, atau kalian menganggap saya terlalu pesimis. Biarlah, bagi saya itu hampir-hampir mirip.
Lalu apa hal yang berkesan? Apakah kebahagiaan semu semata? Tidak. Bagi saya tahun ini berkesan karena saya bisa membaca. Alhamdulillah, puji syukur. Bisa membaca buku-buku hebat, buku-buku yang baik. Telah lama saya buta aksara terhadap suatu karya tulis, tahun ini seperti membuka lebar gerbang firdaus yang penuh dengan kolam ilmu pengetahuan. Jemari saya telah membatu jua, alam imaji telah berdebu penuh dengan kekosongan. Karena saya pernah mati, saya pernah terbunuh.
Saya masih bodoh, masih belum mampu menghasilkan. Saya ingin membuat konsep, yang sederhana saja namun penuh makna. Ingin penuh isi walau tak menjadi inspirasi. Saya tak ingin tetap terkurung dalam suwung.
Masih banyak lagi. Terus tanpa henti. Karena manusia tak pernah merasa puas.
Salam,
YH
0 Komentar