Looking For Anything Specific?

ads header

Bona terra, bona ges, clarum coelum, aqua clara

good land, good people, clear sky, clear water. 

Semboyan dari sebuah negara bagian bernama Aguascalientes yang berada di Meksiko ini sangat menjelaskan apa yang saya alami selama liburan saya di Bali. Siapa yang tidak kenal Bali? Sebuah pulau yang berada di bagian tengah Indonesia terkenal dengan seribu satu macam keindahannya. Bali yang membuka diri sebagai salah satu tempat pariwisata unggulan Indonesia, telah menjadi incaran setiap pelancong luar negeri sejak lebih dari 30 tahun silam. 

Bali, Bali dan Bali. Siapapun yang datang untuk mengunjunginya akan selalu mendapat torehan kenangan manis. Sebagaimana saya. 


Saya dan keluarga bertolak dari bandara Soekarno-Hatta sekitar pukul delapan malam waktu Indonesia bagian barat dan dijemput oleh seorang pemandu wisata ketika tiba di bandara I Gusti Ngurah Rai sekitar pukul setengah duabelas malam waktu Indonesia bagian tengah. lucunya, nama pemandu wisata kami juga bernama Ngurah, bli Ngurah yang menjemput di bandara Ngurah Rai. Oke, jokes nya sudah mengambang di udara. 

Kami diantar bli ngurah menuju hotel yang sudah direservasi sebelumnya, bagian menyenangkannya adalah hotel saya tidak jauh dari pantai Kuta hanya sekitar lima menit berjalan kaki saja. Esok pagi kami sudah dijemput untuk diajak berkeliling pulau Bali. Destinasi pertama kami adalah sebuah tempat pembuatan batik dan menonton tari barong di Sahadewa.

Saat di tempat pembuatan batik, saya melihat berbagai macam motif batik yang amat jauh berbeda dengan jawa, namum pembuatannya ya tetap sama. Lalu saya juga mendapatkan sebuah info yang menarik. Tahukah kalian bahwa bahan dasar pembuatan malam untuk menggambar batik di Bali menggunakan ekstrak kulit manggis. Bener loh, ini bukan iklan obat yang dari ekstrak kulit manggis itu ya. Good~ Setelah kami berkeliling melihat proses pembuatan batik, kami segera diantar menuju Sahadewa.




Hampir delapanpuluh persen penonton adalah wisatawan asing sedangkan yang domestik sedikit saja termasuk saya sekeluarga. Saya sempat tidak fokus sih saat menonton pertunjukan barong tersebut karena didepan saya ada seorang wisatawan asing yang datang bersama keluarga nya, ehem maksudnya anak lelakinya itu tampan.

Selesai menonton pertunjukan, kami diajak makan siang di Kintamani. Sepanjang perjalanan bli Ngurah menjelaskan asal usul nama daerah Kintamani. Bli Ngurah bilang bahwa dulu di daerah Kintamani banyak orang Cina yang menikah dengan orang Bali, dengan berbeda kepercayaan tentunya. Orang Cina yang beragama Budha dan orang Bali yang beragama Hindu. Karena pernikahan silang agama tersebut orang-orang Bali menyebutnya dengan 'cinta air mani', yang artinya pasangan beda agama yang menikah namun tetap mempertahankan agamanya masing-masing. Lama kelamaan orang Bali menyebut 'cinta air mani' menjadi 'Kintamani'. Entah benar entah tidak, tapi cerita ini menarik sekali bagi saya.

Kami sampai di sebuah restoran yang menyediakan prasmanan dan sudah disesaki oleh orang-orang, ini memang waktunya makan siang. Saya sekeluarga duduk di teras restoran yang menyediakan pemandangan indah ini, Gunung dan danau Batur.


Bli Ngurah menunjuk sebuah sudut yang jauh di seberang danau Batur. Disana adalah desa Trunyan   tempat orang-orang Bali aseli tinggal, kata bli Ngurah. Saat saya dan bli Ngurah berbincang, sekelompok turis Jepang berfoto-foto ria berlatar belakang pemandangan indah ini. Saya tidak heran.

Setelah makan siang dan sesi foto pemandangan indah selesai, kami melanjutkan perjalanan menuju Tanah Lot. Pura yang ingin sekali saya kunjungi, karena dulu saya pernah memiliki rencana dengan seseorang untuk pergi ke tempat ini. Manusia boleh berencana tapi Tuhan yang menentukan, saya berencana dengan orang itu tapi jadinya pergi bersama keluarga.  


Tanah Lot yang ramai pengunjung

Kami melepas penat usai melihat keindahan Tanah Lot dengan makan durian, agak aneh memang. Karena ibu saya merasa amat tertarik ketika melihat sebuah durian yang sangat mungil dijajakan oleh seorang pedagang pinggir jalan. Beberapa turis yang melihat kami makan durian tersebut jadi berhenti dan membelinya. Bli Ngurah menganjurkan kami sedikit bergegas menuju parkiran setelah menghabiskan durian, kami harus kembali ke hotel karena langit mulai mendung. 

Esok harinya, kami diantar menuju Tanjung Benoa dan GWK. Hari itu benar-benar terik, mata saya sampai kesulitan melihat karena panas matahari. Di Tanjung Benoa kami mengunjungi turtle island, tempat penangkaran penyu yang berfungsi juga sebagai kebun binatang kecil. Saya dan adik juga mencoba parasailing, asik sekali tapi cuma sebentar sekali. Karena ini adalah hari terakhir, maka kami juga diantarkan ke bandara untuk kembali ke Jakarta.

Sebelum diantar ke bandara, kami sekeluarga diantar bli Ngurah mengunjungi mall terbesar di Bali, discovery mall. Bli ngurah bilang dia agak malu untuk menyebut mall di Bali karena bli Ngurah merasa bahwa mall di Bali tidaklah semegah mall yang ada di Jakarta. Tapi bagi saya, discovery mall sungguh luar biasa karena mana ada mall di Jakarta yang belakangnya langsung menghadap hamparan pantai yang indah ini? 


Untuk Bali, yang memiliki segudang tempat indah.
Untuk bli Ngurah, yang luar biasa ramah dan baik. 
Untuk kamu, yang pernah mengajarkan sedikit hal tentang kampung halaman mu. 

Terima kasih, semoga kita berjumpa kembali. 


Salam,


YH

Posting Komentar

0 Komentar